MANTEN KUCING
Upacara ini dilaksanakan di air terjun Cuban Rondo yang diyakini dapat melancarkan aliran mata air di Cuban Rondo untuk irigasi penduduk Pelem dan sekitarnya. Proses ini dilakukan dengan subyek dua ekor kucing (Tirta Sari dan Joko Wono) dikawinkan dengan prosesi lazimnya manusia menjadi temanten. Mbah Sangkrah orang yang pertama melaksanakan ritual ini dilanjutkan Mbah Sutomeja sampai sekarang.
UPACARA JAMASAN KYAI UPAS
Kyai Upas adalah nama pusaka Ka. Tulungagung secara turun temurun diakui sebagai lambang kebesaran. Pusaka ini setiap tahun pada hari Jum'at Legi di bulan Suro (Muharam) dimandikan secara sakral. Upacara ini dimulai dengan arak-arakan dari Pendopo Kabupaten menuju Pendopo Kanjengan. Sesampainya di Kanjengan disambut dengan gamelan monggang. Upacara jamasan dengan prosesi tertentu dengan beraneka ragam sesaji. Setelah jamasan diadakan beberapa hiburan diantaranya tembang mocopat, wayang kulit, dan kesenian tradisional lainnya.
SURO WEKASAN
Suro Wekasan adalah upacara "laku" yang dilaksanakan masyarakat Wajak yaitu laku menelusuri Candi Dadi berdoa untuk keselamatan diri, keselamatan lingkungan, sampai keselamatan bangsa dan negara. Keistimewaan upacara ini adalah dilakukan oleh berbagai pemeluk agama yang dianut masyarakat Wajak (Islam, Kristen, Buddha) untuk berdoa menurut agama serta keyakinan masing-masing di komplek Candi Dadi.Upacara ini dilakukan setiap akhir bulan Suro (muharam).
LABUH SEMBONYO
Labuh Sembonyo yang diyakini masyarakat sebagai wahana "asok glondhong pengareng-areng" terhadap Ratu Kidul penguasa laut selatan. Labuh sembonyo diselengarakan setiap bulan Suro bulan minggu kedua di Pantai Popoh.
ULUR-ULUR
Ulur-ulur merupakan upacara adat yang diselenggarakan di telaga Buret setiap tahun pada hari Jum'at Legi bulan Suro.Kegiatan pokok adalah memandikan arca Dewi Sri Sedono dan tabur bunga di telaga Buret petilasan Eyang Jigang Joyo dalam mitos sebagi seorang tokoh perintis pemanfaatan air telaga Buret untuk pertanian di Desa Sawo, Gedangan, Gentrong, dan Gamping. Pada upacara tersebut ada kegiatan "Nglampet" yaitu membendung air telaga yang dilaksanakan dengan gotong royong. Cultur ini masih melekat di masyarakat Sawo dan sekitarnya masih sekarang berupa kegiatan gugur gunung dan bersih desa.
LELANGEN BEKSA/TAYUB
lelangen Beksa/Tayub Tulungagung berpotensi sebagai sarana pergaulan yang merakyat dan aktual. Di dalamnya terdapat nilai adiluhung "tata krama" dalam pergaulan masyarakat Jawa. Hampir setiap hari pada bulan baik untuk hajatan di daerah pinggiran Tulungagung dapat kita nikmati lelangen beksa/tayup.
TARI RITUAL TIBAN
Ritual Tiban adalah tari sakral untuk mendatangkan hujan. Di masyarakat pendukungnya tetesan darah akibat permainan tiban adalah lambang perjuangan yang gigih dalam mencari air, utamanya guyuran hujan yang mutlak diperlukan petani di sawah ladang. Ritual tiban biasanya dilaksanakan pada musim kemarau.
JARANAN SENTHEREWE
Jaranan ini pengembangan dari seni jaranan Jawa dengan gerak yang agresif, energik dan dinamis berkembang pesat di daerah Tulungagung saat ini.
REYOG
Reyog Tulungagung pernah berkembang subur dan merebut hati masyarakat bahkan tidak ada satupun yang penduduk Tulungagung yang tidak mengenal Reyog Tulungagung. Jumlah penarinya ada 6 orang sekaligus dengan pemain musik "dhodhog" dan "udheng gilig" kostum khusus sebagai pengikat kepala
KENTRUNG
Satu-satunya cerita tutur yang khas di Tulungagung dapat kita nikmati dengan melihat pagelaran kentrung. Kentrung dimainkan oleh dua orang terdiri dari dalang merangkap instrumen kendang dan satu pengrawit merangkap pendukung dalang memainkan instrumen ketipung dan terbang ( rebana besar dan kecil) . Satu-satunya kentrung yang masih eksis di Tulungagung adalah Kentrung Jaimah yang beralamat di Dukuh PAkis desa Batangsaren Kauman.
WAYANG JEMBLUNG
Di daerah Tulungagung masih banyak pagelaran Wayang Jemblung (cerita Menak) disamping sebagai hiburan, Jemblung memuat kisah Walisanga dalam penyebaran agama Islam di Jawa. Jemblung sebagai instrumennya( terdiri dari 8 rebana dan satu kendang) Wayang terbuat dari kulit dengan motif campuran Wayang Purwa dan Wayang Krucil.
Jumat, 28 September 2007
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Design by Blogger Templates
Tidak ada komentar:
Posting Komentar