Jumat, 28 September 2007

jaranan senterewe khas tulungagung siap mendobrak pasar dunia

Jaranan Senterewe
Eksis di Tengah Pendukungnya


Surabaya, Kompas - Kesenian tradisional jaranan senterewe yang menjadi ikon seni tradisi Tulungagung masih eksis di tengah-tengah komunitas pendukungnya. Kesenian tradisi itu menjadi bagian dari ekspresi berkesenian sebagian besar rakyat.

Hal itu dikemukakan oleh Pimpinan Sanggar Tari Kembang Sore Tulungagung yang juga dosen Institut Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta Untung Mulyono saat dihubungi dari Surabaya, Kamis (13/7) di Tulungagung.

Menurut Untung, kesenian jaranan di Tulungagung mengalami kemajuan kendati tidak mendapat pembinaan dari pemerintah karena apresiasi masyarakat pendukungnya cukup tinggi. "Jaranan senterewe khas Tulungagung mengikuti tren yang berkembang di masyarakat, yaitu jaranan senterewe campursari," katanya.

Untung mengatakan, tanggapan untuk jaranan senterewe di Tulungagung masih terpusat pada kelompok-kelompok jaranan tertentu. "Kelompok jaranan yang sudah rekaman di VCD sering mendapat tanggapan," ujarnya. Di antaranya, Kuda Bhirawa, Savitri, Tunjung Budaya, dan Putro Yuwono.

"Jaranan senterewe khas Tulungagung itu aspek dan aksen geraknya sangat dinamis, cepat, dan keras, sedangkan aspek musiknya kempul, kenong, dan gong," ucapnya.

Tiga sampai empat tahun lalu, tutur Untung, Dinas Pariwisata Kabupaten Tulungagung masih menyelenggarakan festival jaranan. "Tetapi akhir-akhir ini yang mengadakan festival jaranan justru kelompok sanggar seni," katanya.

Secara terpisah, pemerhati kesenian jaranan, Widodo, yang pernah menjadi juri dalam festival jaranan se-Kabupaten Tulungagung mengatakan, kesenian jaranan senterewe yang belum mengalami perubahan kemasan dan selera pasar masih cukup banyak terdapat di desa-desa.

"Di luar itu, kelompok jaranan Savitri sempat menghebohkan karena memadukan dangdutan, penari ular, dan campursari," katanya.

Alumni ISI Yogyakarta itu menuturkan, pola pembinaan kesenian jaranan senterewe oleh pemerintah daerah tidak merata dan terkesan hanya terfokus pada kelompok jaranan yang sudah mapan. Sedangkan kelompok jaranan yang pemasarannya hanya di lingkup lokal Tulungagung kurang mendapat dukungan dan kesempatan ditampilkan di luar Tulungagung. (TIF)

Tidak ada komentar: