Sentuhan Buat Sang Marmer
Batu Marmer dari dulu identik dengan Tulungagung. Sejak pertama kali ditambang oleh Pemerintah Kolonial Belanda melalui Exploitatlematschappij Wajak te Rotterdam tahun 1890, marmer sudah menjadi ikon Tulungagung. Saat itu, menurut catatan sejarah marmer yang ditambang dapat menghasilkan sekitar 100 meter kubik. Seiring kemerdekaan Indonesia, produksi marmer Tulungagung terus mengalami peningkatan yang pesat. Ikon Tulungagung sebagai penghasil marmer pun terus berkibar di seluruh Nusantara bahkan mancanegara. Beberapa bangunan megah di negeri ini banyak yang menggunakan marmer asal Tulungagung, seperti Gedung DPR RI, Masjid Istiqlal Jakarta sampai lantai makam Proklamator Bung Karno di Blitar. Lihat pula di sepanjang jalan dari Kecamatan Campurdarat menuju Pantai Popoh. Di sana tumbuh ratusan toko-toko cenderamata dan bahan bangunan dari marmer. Toko-toko itu berjejer di kanan-kiri pinggir jalan raya bak etelase panjang memamerkan mahakarya marmer warga setempet. Marmer sudah menjadi bagian penting bagi sebagian masyarakat Tulungagung, terutama di wilayah bagian selatan (Kecamatan Besuki, Campurdarat dan sekitarnya). Anak-anak pun di sana hampir sebagian besar juga merasakan bagaimana marmer dapat menopang kehidupan keluarganya. Mereka bisa bergaya seperti anak-anak ABG (anak baru gede) perkotaan berkat upah saat menambang batu marmer. Resiko sebagai pekerja terabaikan. Mereka anggap upah sebagai penambang marmer sudah sepadan. Kelesuan industri marmer yang kini mulai terjadi di Tulungagung harus dijawab sebagai sebuah tantangan. Ekspor yang relatif cenderung terus menerus sejak tahun 2002 (data BPS Tulungagung) bukan alasan untuk tidak kreatif dan inovatif dalam mengembangkan usaha industri marmer. Perlu terobosan-terobosan baru dalam meraih kembali zaman keemasan ditengah perekonomian Indonesia yang belum sepenuhnya stabil. Bupati Tulungagung Ir. Heru Tjahjono, MM belum lama ini mengatakan diperlukan diservikasi produk agar marmer Tulungagung dapat kembali menuju puncak keemasan. Produk marmer diharapkan dapat melayani permintaan konsumen terlebih konsumen mancanegara melalui pasar ekspor. Sebagai salah satu terobosan, Bupati Heru meminta para perajin marmer untuk lebih mendesain produknya menjadi lebih variatif, seperti produk yang lebih kecil dan bisa dibuat souvenir. Selain itu, produk marmer bisa dipadukan dengan bahan-bahan lain semisal kayu jati untuk dijadikan produk unggulan berbentuk souvenir yang mudah dibawa kemana saja. Jika harapan Bupati Heru itu bisa terwujud, mengapa tidak Tulungagung akan kembali meraih zaman keemasan produksi marmer. Apabila, Bupati Heru juga berkeinginan mewujudkan kawasan Besole (Kecamatan Basuki) dan Campurdarat menjadi seperti kawasan perajin sepatu di Belanda. Di sana ada satu daerah yang terkenal. Kalau mau sepatu berkualitas dan beragam semua orang Eropa tahu dimana tempatnya. Ya di negeri kincir angin itu. Potensi perajin batu marmer di Tulungagung cukup besar dan menjanjikan. Catatan Bappeda Pemkab. Tulungagung tahun 2001 di Kecematan Besuki dan Campurdarat, perajin yang beizinkan mencapai 251 orang. Dan bisa jadi yang tidak berizin lebih banyak lagi. Sejauh ini belum diketahui secara pasti sampai kapan dan berapa tahun lagi batu marmer di sekuruh wilayah Tulungagung akan habis dieksploitasi. Data di bagian Perekonomian Pemkab. Tulungagung berdasarkan penelitian Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral Pemprop. Jatim tahun 2002 menunjukkan volume marmer dan batu gamping di Tulungagung mencapai 807.925.000 meter kubik. Bahan tambang tersebut tersebar di 29 lokasi yang berada di beberapa kecamatan. Di antaranya yang terbesar di Kecamatan Besuki, Campurdarat dan Bandung. Antara batu gamping dan marmer saling berhubungan. Batu marmer terbentuk dari batu gamping yang telah berusia ratusan bahkan ribuan tahun. Di Tulungagung yang terdata sebagai pegunungan marmer tanpa campuran batu gamping berada di daerah Gunung Somurup Kecamatan Besuki dan Gunung Pegat Kecamatan Campurdarat. Di daerah-daerah tersebut terdapat 124.062.500 meter kubik marmer.(Oleh : Wiwieko Dh)
Kamis, 27 September 2007
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Design by Blogger Templates
Tidak ada komentar:
Posting Komentar