58 Kampus Disiapkan Jaring 12.000 Mahasiswa Miskin
Penulis: Edwin Tirani
JAKARTA--MIOL: Sebanyak 58 perguruan tinggi di Indonesia tengah disiapkan untuk menjaring 12.000 mahasiswa melalui program Java for Education Network in Indonesia (JENI).
Kepala Biro Perencanaan dan Kerjasama Luar Negeri Departemen Pendidikan Nasional (Depdiknas), Gatot Hari Priowirjanto mengatakan mahasiswa yang mengikuti JENI akan mendapatkan sertifikasi untuk setiap tingkatan JENI yang dilaluinya.
Saat ini JENI terdiri atas enam tingkatan, mulai dari pengenalan Java hingga pemrograman game di Java.
"JENI diharapkan akan menjaring 12.000 mahasiswa dalam waktu satu tahun. Sebanyak 58 kampus pun telah disiapkan untuk memenuhi target ini," ujar Gatot di Jakarta, Senin (6/8).
Depdiknas telah meluncurkan JENI pada acara Grand Java Night Festival di Universitas Gunadarma, Depok, Jumat (3/8).
JENI merupakan sistem belajar online yang mnggunakan bahasa pemograman Java. Program yang merupakan bagian dari Jaringan Pendidikan Nasional (Jardiknas) ini dikembangkan atas kerjasama berbagai pihak.
Sedikitnya 1,5 juta lulusan SLTA sederajat akan melanjutkan ke perguruan tinggi. Akan tetapi, hanya 490.000 orang yang bisa ditampung di seluruh perguruan tinggi di Indonesia.
Sementara sisanya sebanyak 1 juta lebih tidak dapat meneruskan ke universitas dengan berbagai alasan. Misalnya, keterbatasan tempat, calon mahasiswanya tidak mampu membayar uang muka, biaya ujian terlalu mahal, dan banyak hal lagi yang membuat anak kurang mampu ini tidak kebagian tempat.
Sejuta lulusan SLTA sederajat ini yang menjadi perhatian pemerintah terkait dengan bagaimana agar anak-anak ini bisa mendapat pendidikan yang memadai dengan biaya Rp150 ribu per bulan. Salah satu caranya adalah dengan JENI, yang memiliki modul/media Java, kata Gatot.
Nantinya, kata Gatot, dengan program ini sejumlah universitas bisa menampung sejuta lulusan SLTA kurang mampu itu dengan uang kuliah Rp150 ribu per bulan tanpa uang pangkal, tetapi tetap dijamin kompetensinya teratas.
Sehingga pada 2008-2010 anak yang mengenyam pendidikan tinggi (saat ini hanya 490 ribu mahasiswa per tahun) bisa meningkat dari tahun ke tahun. Targetnya, bisa 1 juta, 1,5 juta.
Melalui JENI Depdiknas ini diharapkan anak-anak Indonesia di seluruh kecamatan bisa mempunyai pendidikan yang sama. Program JENI akan menjadi kegiatan berbasis Java bergengsi, baik sekala nasional maupun internasional, sekaligus mencari sumber daya yang handal melalui ajang komunikasi, promosi, edukasi, sharing knowledge sesama penggiat, pengguna dan penggemar teknologi Java.
Pemerintah mengharapkan Perguruan Tinggi Swasta di Indonesia juga membuka kelas baru bagi anak kurang mampu tersebut.
Matt Thompson, Director Technology Outreach and Open Source Programs Office Sun Microsystem, mengatakan sebenarnya program ini terdiri dari sembilan tingkat. "Bahkan nantinya akan menjadi 10 tingkat," tuturnya ketika ditemui wartawan pada gelaran JNF.
Sertifikasi Internasional Program JENI, ujar Matt, dikembangkan dengan mengacu pada program sejenis di Filipina. Program bernama JENI tersebut, ujar Matt, juga sedang dipelajari oleh Vietnam, Thailand, dan Malaysia. Sedangkan Brasil, sama seperti Indonesia, sudah mulai menerapkannya.
Harry Kaligis, General Manager Business Development Sun Microsystem Indonesia, mengatakan nantinya akan ada sertifikasi kelas internasional yang disubsidi oleh Sun Microsystem. Ujian untuk mendapatkan sertifikasi ini bisa diikuti oleh pemegang sertifikasi JENI.
Namun, Harry belum bisa memastikan berapa biaya sertifikasi tersebut. "Normalnya, jika tidak disubsidi, itu US$150. Kita sedang hitung supaya bisa sekitar US$50 saja. Pokoknya cukup signifikanlah," paparnya.
Mengutip data Asosiasi Piranti Lunak Telematika Indonesia, Harry mengatakan rata-rata ada kebutuhan 2.000-3.000 orang programmer dengan kemampuan Java per tahun.
"Di Indonesia memang banyak yang tahu Java. Tapi kalau kita bicara kualitas, ya belum sesuai dengan standarisasi dari Sun," ujarnya.
Salah satu poin keunggulan JENI, ujar Matt, adalah adanya sertifikasi dan kurikulum yang diakui secara global. Matt pun yakin lulusan program JENI akan menjadi sumberdaya bernilai tinggi di perusahaan.
Bahkan beberapa di antara mereka akan memiliki ide yang hebat dan memilih untuk menolak tawaran kerja dan mengembangkan ide itu menjadi usaha sendiri. "Kita lihat setelah program ini berjalan, jumlah perusahaan software asal Indonesia akan bertambah," katanya. (Win/OL-03)
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Design by Blogger Templates
Tidak ada komentar:
Posting Komentar